Kulineran Sampai Puyeng di Solo

Solo sudah menjadi daerah incaran saya untuk dikunjungi dari beberapa tahun lalu, hanya saja jadwalnya selalu belum pas dan jadinya ditunda terus. Sampai akhirnya tahun ini saya berkesempatan untuk mampir dan jalan-jalan keliling Solo dalam rangka road trip singkat JOGLOSEMAR alias Jogjakarta, Solo, Semarang plus mampir ke Dieng.

Karena ini kali pertama saya ke Solo, jadi saya akan bahas khusus tentang kota kelahiran Pak Presiden Jokowi ini yang ternyata cukup berkesan bagi saya. Apa yang bikin berkesan? Kulinernya, dong!

Kota Solo atau sering disebut juga Surakarta termasuk kota unik. Unik karena memiliki dua keraton, etnis yang beragam, dan tentunya kuliner yang kaya. Sebelum berangkat, saya sempat minta rekomendasi makanan khas yang ada di Solo dari teman-teman followers di Instagram, dan cukup banyak juga dapat rekomendasi.

Selama tiga hari di Solo, hampir tiap hari saya keliling kulineran yang cukup bikin puyeng. Namun, puyeng di sini bukan berarti jelek atau gimana gitu, ya. Justru saya sangat menikmati kulineran di Solo, bahkan masih sering kangen makanan-makanan khas sana. Ah, jadi lapar…

Well, apa saja makanan khas Solo yang wajib dicoba? Berikut makanan-makanan khas Solo yang sempat saya coba selama di Solo.

Nasi Liwet Bu Sri

Kalau ke Solo, sudah pasti mesti coba nasi liwetnya. Ada banyak warung nasi liwet bertebaran di kota ini dan gak jarang ramai dan sudah pasti habis menjelang malam. Namun, ada satu warung yang tidak terlalu ramai tapi nasi liwetnya pun enak menurut saya, dan yang penting masih tergolong murah. Namanya Nasi Liwet Bu Sri di Jalan Slamet Riyadi. Dengan hanya Rp12.000, saya sudah bisa dapat nasi liwet standar (isi sayur labu siam, ayam suwir, dan areh) nikmat dengan lauk tambahan sate ampela, dan telur pindang. Lumayan banget, kan? Yang kurang menurut saya nasinya kurang banyak saja, sih, sisanya entul alias enak betul. Hehehe.

Timlo Sastro

Berlokasi di dekat Pasar Gedhe, sepertinya Warung Timlo Sastro ini cukup terkenal. Bagi yang masih awam dengan timlo, itu merupakan sup berisi irisan ati ampela ayam, irisan dadar gulung, irisan sosis solo, bihun, telur pindang, dan suwiran ayam goreng. Kuahnya bening, encer, dan segar. Menu yang wajib dicoba di sini, yaitu timlo campurnya yang isinya mirip dengan yang saya deskripsikan di atas tadi. Kalau kalian baru pertama kali makan timlo, wajib dicampur dengan sambal petis pedas agar lebih nampol rasanya. Kalau tidak, menurut saya rasanya agak hambar. Yang unik, kasirnya tidak pakai kalkulator atau alat hitung moderen lainnya untuk mengihitung bill, tapi masih pakai papan dan kapur! Oya, karena Timlo Sastro hanya buka dari pukul 6:30-15:30, jangan sampai kesorean ke sana, ya! Cari lokasinya juga mudah, kok, tinggal cari saja di Google Maps pasti ketemu.

Soto Gading

Kurang afdol rasanya ke Solo kalau tidak mencoba makanan favoritnya Pak Presiden Jokowi, yaitu Soto Gading. Soto Gading ini punya beberapa cabang. Yang sering didatangi Pak Jokowi tiu Soto Gading 1, tapi yang saya coba Soto Gading 2 yang masih tergolong cabang baru. Pada dasarnya, soto ini sama dengan soto ayam dan soto daging lainnya, tapi menurut saya yang beda itu ada pada kuahnya yang segar dan gurih. Kalau dicampur dengan kecap dan sambal rasanya bakal lebih bikin slurp mode on, deh. Ah, jadi ngiler. Slurp!

Cabuk Rambak

Sebelum beranjak dari Solo menuju Yogyakarta, saya menyempatkan diri pergi ke Pasar Gedhe Solo untuk sarapan. Teman saya bilang dia pengin coba Cabuk Rambak yang kayaknya cuma ada di Solo (mungkin), ya? Karena penasaran, saya jadi pengin coba juga. Beruntung saya ke Pasar Gedhe karena sepertinya Cabuk Rambak itu hanya bisa ditemukan di sini. Penjualnya juga tidak punya kios, tapi hanya tempat kecil yang bisa dibawa berkeliling. Cabuk Rambak itu isinya sebenarnya cuma potongam lontong dengan saus khas yang kalau dideskripsikan mirip bumbu kacang tapi ada campuran parutan kelapanya juga, plus kerupuk rambak sebagai pelengkap. Pokoknya setelah coba saya jadi ketagihan, apalagi seporsi harganya cuma Rp5.000. Murah dan cocok sekali untuk sarapan yang ringan. Cabuk Rambak is my love dan favorit banget, deh! Nyuum!

Babi Panggang Kecap (BPK)

Masih di seputaran Pasar Gedhe, saya sempat juga mampir ke warung makan yang menjual menu khas China. Karena saya cukup doyan makan babi alias haram food, jadi kenapa tidak coba saja? Mumpung Solo juga cukup ramah dengan makanan non-halal. Ada namanya Kedai Monoo, kedai kecil nyempil yang menjual beragam menu Chinese food yang khas, dan yang paling khas di sini katanya babi panggang kecapnya. Ya sudah, saya coba saja. Benar saja BPK ini super enak dan pas sekali di lidah saya. Babi panggangnya empuk dan kulitnya krispi, ditambah dengan bumbu kecap dengan potongan cabai yang pedasnya pas. Apalagi saat dimakan dengan nasi panas rasanya makin bikin nambah. Saya rasa kedai ini wajib dikunjungi, kalau kalian juga penggemar haram food seperti saya, ya. Hehehe.

Sate Buntel

Menurut saya sate buntel salah satu makanan unik yang pernah saya coba dan tidak pernah saya temukan di Bali. Ya, memang karena sate ini khasnya Solo. Kalau boleh dibandingkan, sate buntel ini mirip dengan sate lilit Bali, bedanya sate bundel dagingnya daging kambing, sedangkan sate lilit biasanya isinya ikan laut, babi, atau kelapa parut. Beda dengan sate Madura, sate buntel bumbunya bukan bumbu kacang, melainkan kecap dan cabe potong ditambah dengan irisan kol sebagai veggies-nya yang menurut saya lumayan pas di lidah. Hanya saja, menurut saya rasa daging kambingnya terlalu strong dan masih ada bau prengusnya, jadi saya tidak bisa makan banyak karena bikin agak mual. Jadilah saya hanya bisa makan satu tusuk. Kalau kalian doyan dengan daging kambing pasti tidak masalah. Saya sebenarnya juda suka daging kambing asal dimasaknya pas dan tidak menimbulkan bau yang terlalu keras saja, sih, aman. Hehehe. Sate buntel yang saya coba ada di food court Galabo alias Gladak Langen Bogan. Di sini kalian akan temukan beragam makanan khas Solo yang wajib dicoba dengan rasa yang menggugah selera, serta harga yang masih pas di kantong. Sayang saya tidak sempat foto karena baterai ponsel sekarat dan mati. Jadi, saya pinjam foto dari piknikdong.com.

Kalau ditulis lebih banyak lagi saya rasa tulisan ini akan jadi sangat panjang dan melelahkan dibacanya. Jadi, saya sebutkan saja makanan lain yang sempat dan tidak sempat saya coba karena masih ada banyak lagi, seperti tongseng, tengkleng, pecel ndeso, mie jawa, soto kwali. Dessert-nya juga bikin ngiler, seperti es gempol pleret, es dawet, dan asle. Wah, gimana gak puyeng, tuh, ngebayanginnya?

Walau saya bilang kulineran sampai puyeng, saya merasa pengalaman kulineran saya kali ini sangat berkesan. Lain kali kalau ke Solo lagi, saya akan coba makanan yang belum sempat saya coba. Pasti!

Apa kalian sudah ada yang coba makanan khas di Solo juga?

2 Comments

Leave a comment