Happy Eating Kunci Hidup Sehat dan Bahagia

“You are what you eat.”

Kutipan di atas saya rasa benar adanya. Apa yang kita makan mencerminkan diri kita. Barangkali maksudnya begini: Kita terlihat seperti malaikat kalau makan dengan suka cita dan penuh kesadaran. Sebaliknya, kita terlihat seperti setan kalau makan sambil misuh-misuh. Kasarnya begitu kali, ya.

Saya bersyukur bisa makan apa saja (tentunya apa saja yang saya butuhkan) dan menikmati apa yang saya makan. Kadang ngerasa sebal lihat orang yang makan mesti yang organiklah karena katanya lebih sehat, atau kalau tidak pakai bahan ini dan itu nanti bisa jadi kurang baik untuk tubuh. Namun, setelah itu semua dilakukan, tetap saja pas makan malah sambil komen kalau makanannya kurang inilah atau itulah, dan berujung tidak menikmati makanan itu sendiri. Yang disalahkan justru makanannya. Padahal makanan tersebut tidak salah apa-apa, kan? Haduh. Bikin ribet diri sendiri dan orang lain saja.

Saya pikir cara berpikir macam begini harus diubah karena malah bikin sakit diri sendiri. Saya pribadi sudah lama meninggalkan pola pikir ini. Bagi saya, sehat itu datang dari pola pikir, bukan dari apa yang kita makan. Semua makanan itu baik, kok, asal tau cara makannya saja. Capek juga, kan, kalau terus-terusan mengeluh soal makanan? Kenapa tidak dinikmati saja? Memang tidak semua orang akan bisa mempraktikkan hal ini, tapi alangkah baiknya untuk tahu dulu.

Lalu bagaimana caranya? Jawabannya mudah: Happy Eating.

Apa itu Happy Eating? Hm… Sini, izinkan saya menjelaskan. Baca sampai selesai, ya! 🙂

Happy Eating atau makan dengan suka cita itu saat:

  • Mensyukuri apa yang kita makan. Hal ini sudah diajarkan oleh orang tua sejak kecil. Makanya ada doa sebelum makan, tujuannya ya untuk mesyukuri makanan yang telah diberikan kepada kita yang belum tentu orang lain bisa mendapatkannya.
  • Mengenali dengan baik sinyal yang dikirimkan oleh tubuh. Dengan tahu hal yang benar-benar tubuh butuhkan, kita akan tahu dan sadar mesti makan apa. Apakah benar sedang lapar atau lapar mata saja? Tips dari saya untuk tahu perut beneran lapar atau tidak: Saat merasa agak lapar, minum air putih secukupnya. Tunggu sampai 10 menit. Kalau setelah itu tidak ada rasa lapar lagi, berarti tidak perlu makan. Kalau sebaliknya, berarti memang beneran lapar.
  • Makan makanan yang betul-betul disukai di antara pilihan makanan yang tersedia saat memang beneran lapar. Mentang-mentang lapar bukan berarti makan segalanya. Pilih yang memang ingin kalian makan saja. Utamakan intuisi dan biarkan tubuh yang cerdas ini yang menentukan.
  • Makan dengan sadar dan mawas. Begitu ketiga hal di atas terlaksana, saatnya menikmati makan yang sedang dimakan dengan sadar. Nikmati tiap kunyahannya, aromanya, rasanya. Bila perlu, pujilah makan tersebut. Manusia saja suka dipuji, begitu juga makanan dan hal lainnya. Dengan begitu, makanan akan menjadi energi positif bagi tubuh. Percaya, deh.
  • Merasa perut sudah agak penuh, berhentilah makan. Ini penting sekali. Kadang orang makan sampai perutnya penuh sekali dan kekenyangan. Padahal makan sampai terlalu kenyang itu justru bikin tubuh menderita karena mesti kerja ekstra. Terus, kalau misal sudah merasa kenyang tapi makanan masih sisa bagaimana? Well, menyisakan makanan bukan berarti harus membuangnya. Tawari ke orang lain atau teman yang mungkin mau, atau bungkus saja untuk dimakan lagi nanti. Jangan gengsi minta dibungkus. Saya sering begitu, kok. Sah-sah saja.

Seperti itulah Happy Eating yang sudah saya praktikkan sejak cukup lama dan sampai saat ini saya selalu senang makan apa saja. Walau saya makan apa saja, berat badan saya tidak bertambah alias tetap segitu-gitu saja alias tidak gemuk, tuh. Kenapa bisa? Ya, karena lima alasan di atas tadi. Pokoknya, Happy Eating itu kunci hidup sehat dan bahagia versi saya, karena buat saya makan itu harus menjadi hal yang menyenangkan.

Bagaimana Happy Eating versi kalian? Komen di kolom komentar, ya! 🙂

Leave a comment